hmm...ini bukan buatanku kok!
aku dapat dari Calpare atau Cactus
tp bukan dia yg buat
baca aja ya! emang panjang tp kerennn!!!
-
Best friends-
Understand when you say forget it
Wait forever when you say just a minute
Stay by your side when you say leave me alone
Those are the reasons they call us..
-Best friends-
Prologue : Graduation
Sahabatku tersayang...
Aku sering menyebut diriku sebagai bunga di antara para kumbang. -Hentikan itu! Aku bisa mendengar kalian tertawa! Yah, meskipun tertawanya tidak sekarang, sih.-
Dan memang benar kan? Aku selalu menjadi satu-satunya perempuan di antara kita berempat. Tapi aku tidak mengeluh, sungguh. Justru aku senang, karena dengan begitu aku bisa menjadi yang paling cantik. Haha...
Tidak terasa ya, saat-saat terakhir kita bisa menghabiskan waktu di tempat ini sudah tiba. Aku tidak tahu apakah aku harus gembira atau bersedih. Apakah kalian semua juga merasakan hal yang sama denganku? Aku senang, tentu saja. Karena akhirnya bisa lulus juga. Hei, menjadi lulusan dengan nilai tertinggi bukan hal buruk, bukan? Kuharap kalian juga bangga padaku, seperti halnya ibu dan paman. Tapi... aku juga merasa berat meninggalkan tempat ini. Meskipun aku akan tetap bertahan di Konoha, berat rasanya membayangkan tidak bisa berangkat ke sekolah pagi-pagi lagi dan bertemu kalian bertiga. Kalian hal terindah yang bisa kutemukan di tempat ini. Sungguh, aku tidak bohong!
Aku pasti akan merindukan saat-saat kita berbagi meja di kantin bersama kalian, saat-saat kita meributkan hal-hal yang tidak penting di kelas... Pokoknya semuanya. Setiap waktu yang kuhabiskan bersama kalian selalu menyenangkan. Hei, apakah kalian masih ingat hukuman bodoh yang diberikan Pak Guru Hatake pada kita dulu? Haha... Aku akan merindukan beliau juga karena itu kalau begitu. Kalau bukan karena beliau, kita tidak akan seperti sekarang.
Tahu tidak, semalaman aku menangis memikirkan kita akan segera berpisah dalam waktu dekat? Ino sampai bingung saat kutelepon. Tapi katanya wajar saja aku mengangis. Hanya kalian (ah, tidak juga. Lebih tepatnya salah satu dari kalian) yang menganggap menangis bukan sesuatu yang wajar. Mudah-mudahan saja bengkak di mataku sudah mengempis sekarang. Dan kurasa memang sudah. Karena kalau belum, kalian pasti akan memperolokku dari tadi, 'dasar cewek!'
Aku tahu, walaupun menangis seperti apapun juga tidak akan bisa mempertahankan kalian tetap di dekatku. Tapi kuharap, meskipun kita berpisah, hati kita tetap saling berdekatan. Dengan begitu ikatan persahabatan di antara kita akan tetap terjaga.
Naruto... Ya, ampun! Aku tidak percaya kau mendapat beasiswa kuliah di Suna! Jauh sekali... Tapi selamat, ya. Aku pasti akan merindukanmu. Tidak ada yang bisa membuatku tertawa seperti orang gila selain kau. Menyedihkan rasanya membayangkan tidak bisa lagi melihat rambut pirang jabrikmu yang tiba-tiba nongol di restoran dan teriakanmu yang memesan ramen. Konoha pasti sepi kalau tidak ada kau. Kapan ya, kita bisa main lagi?
Oh, ya... Ibuku bilang, terimakasih sudah menjadi pelanggan setia di restoran kami dan sudah dengan suka rela memberikan live music gratis di akhir pekan! Dia bilang kau lucu dan suaramu juga bagus. Hei, kurasa kau sudah mendapat satu penggemar tambahan. Ibuku! haha...
Bukan cuma ibuku, aku juga ingin berterimakasih padamu. Terimakasih karena sudah menjadi temanku, terimakasih karena selalu ada di saat aku membutuhkanmu. Dan... terimakasih sudah menyukaiku. Maafkan karena aku tidak bisa membalas perasaanmu. Aku harap, suatu saat nanti kau akan mendapatkan gadis yang benar-benar menyayangimu, gadis yang bisa membuatmu bahagia. Tidak seperti aku yang hanya membuat hatimu patah. Maafkan sikapku dulu, ya... Tapi percayalah, aku menyayangimu selalu. Seperti saudaraku sendiri.
Sasuke... Aku ingin membuat pengakuan, tapi kuharap kau tidak marah. Kau adalah orang paling dingin, paling angkuh, paling sok, paling sombong, paling menyebalkan dan paling-paling lainnya yang jelek-jelek, yang pernah aku temui seumur hidupku. Tapi kau juga cowok paling tampan. haha... Kadang-kadang aku masih heran sendiri bagaimana aku masih bisa tahan bergaul denganmu, Tuan Kejam. Kurasa kepalaku terbentur sesuatu.
Hei, jangan marah. Aku kan hanya bercanda. Kau teman yang CUKUP baik kok... aku tidak bohong. Dibalik sikapmu yang dingin, menurutku kau memiliki sisi lembut, meskipun tentu saja kau tidak memperlihatkannya secara terang-terangan. Dan kau juga sangat perhatian.
Terimakasih banyak, Sasuke... Karena kau sudah mendampingiku di saat-saat sulit, saat aku kehilangan orang yang kusayang, terutama saat aku patah hati untuk yang pertama kali. Terimakasih sudah menguatkanku. Meskipun kau lebih banyak mencemooh kecengenganku daripada mengatakan sesuatu yang menghibur, tapi toh kau bersedia meminjamkan bahumu untukku menangis. Dan... aku menyukai aroma parfummu dan aku juga percaya kau bukan gay. haha...
Oh, ya... aku senang kau kuliah di Konoha juga. Dengan begitu setidaknya aku tidak benar-benar kesepian. Sampaikan salamku untuk Kak Itachi. Katakan padanya, aku akan membuatkan pai ayam yang enak untuknya kalau dia mampir ke restoran, dan biskuit anjing lezat untuk Rufus juga. Salamku juga untuk ibu dan ayahmu kalau kau pulang ke Oto nanti.
Dan Sai... Aku bingung mau menulis apa untukmu. Kau kan aneh... Ups, cuma bercanda. Tapi memang benar kok. Kau selalu menampilkan ekspresi manis, tapi bicaramu kadang-kadang bisa sangat kurang ajar. Ah, dasar seniman aneh. Aku masih tak terima kau menyebutku 'jelek'.
Tapi meski begitu, kau kawan yang menyenangkan. Terutama saat sedang berdiskusi tentang seni (meskipun jujur saja, topik itu agak membosankan. Aku ingat waktu kita berempat liburan musim panas ke Kiri tahun lalu, kau berdiskusi tentang seni dengan Kakak Dei sampai jauh malam. Kalian bahkan tak terpengaruh saat kami semua tertidur saking bosannya). Kau sangat berbakat di bidang itu, teman. Aku masih heran kenapa kau bisa keluar dari Konoha Art Academy. Tapi aku tidak heran ketika kau memberitahuku kau akan kuliah Jurnalistik di Ame. Kurasa di sana memang yang terbaik. Kau masih ingin jadi wartawan seni, kan?
Terimakasih untuk semuanya, Sai... Terimakasih kau sudah dengan senang hati mengabadikan setiap momen persahabatan kita. Foto-foto dan lukisan karyamu sangat indah. Terutama lukisan kita berempat yang kau buat untukku di hari ulangtahunku yang kedelapan belas. Salah satu masterpiece-mu. Jangan pedulikan kata-kata Sasuke. Aku sangat menyukainya.
Yang jelas, aku pasti akan merindukan kebersamaan kita. Aku akan sangat sangat sangat sangat sangat merindukan kalian. Terutama Naruto dan Sai, karena aku masih bisa bertemu dengan Sasuke di Konoha. Maukah kalian berjanji untuk selalu mengingatku dimanapun kalian berada? Mengingat persahabatan kita selalu? Katakan kalian bersedia, please... Aku akan sangat menderita dan sengsara seumur hidup kalau persahabatan kita berakhir begitu saja. Ah, kurasa itu berlebihan. Haha...
Tapi aku serius!
Yah, kurasa aku sudah menulis terlalu panjang di sini, semoga kalian tidak bosan membacanya. Dan jangan pernah bosan juga kalau aku menulis email superpanjang untuk kalian nanti. Kalian tahu aku, kan? Si Nona Bawel. Tapi itu semua untuk menunjukkan—supaya kalian tahu kalau aku sangat sangat sangat sangat sangat mencintai kalian bertiga.
Salam sayang,
Sakura Haruno.
PS : Naruto, jangan buat masalah di Suna. Sai, nanti kirimkan aku foto tempat-tempat bagus di Ame, ya! Sasuke, aku masih menunggu sesuatu darimu... Semuanya, doakan semoga aku bisa menggapai impianku menjadi aktris profesional! Yeah!
Gadis berambut merah muda itu memandang kertas di tangannya dengan puas. Dia sudah menyalinnya untuk yang ketiga kalinya kini. Dengan hati-hati, dilipatnya kertas ketiga itu dan dimasukkannya ke dalam amplop. Ia menoleh ketika mendengar seseorang memanggilnya di kejauhan.
Seorang pemuda sedang melambaikan tangan padanya. Rambutnya yang pirang tertutup topi toga. "Sakura! Ayo, kita foto angkatan!" serunya ceria seperti biasa.
"Sebentar, aku datang, Naruto!" balas Sakura seraya buru-buru memasukkan ketiga amplop itu dengan aman ke dalam sakunya. Sakura beranjak dari duduknya di rumput halaman Konoha High yang memang agak jauh dari kerumunan orang dan menepuk-nepuk bagian belakang toganya. Gadis itu berlari-lari kecil bergabung dengan Naruto dan yang lain untuk berfoto bersama.
Naruto segera menarik tangannya ketika Sakura sudah mendekat dan membawanya menerobos anak-anak yang sudah berbaris rapi di depan juru foto. "Minggir-minggir! Kasih tempat untuk lulusan terbaik kita!" serunya. Beberapa anak menggerutu dan melempar pandang mencela sebelum memberi jalan.
"Tidak perlu begitu, Naruto," sengal Sakura agak malu tapi senang. Gadis itu menggumamkan maaf pada semua orang yang diterobos sahabatnya itu. Senyum tak lepas dari bibirnya.
Sasuke dan Sai sudah menunggu mereka tepat di tengah-tengah barisan. Keduanya tampak keren dengan toga masing-masing.
"Dari mana saja kau?" hardik Sasuke dengan ekspresi mencela seperti biasa.
Sakura balas mendelik padanya. "Aku ada sedikit urusan," jawabnya ketus.
"Jangan tiba-tiba menghilang setelah memberikan pidato kelulusan dong. Kau membuat kami cemas saja," tegur Sai dari samping Sasuke.
"Iya iya, maaf..." Sakura nyengir minta maaf padanya. "Ada sesuatu yang ingin kuberikan pada kalian bertiga nanti," lanjutnya pada ketiga pemuda itu. "Kalian jangan kabur dulu, ya!"
"Apa? Apa?" tanya Naruto penuh semangat.
"Sudah. Nanti saja bicaranya!" tukas Sasuke sambil menarik tangan Sakura agak kasar, membawanya berdiri di sampingnya. Naruto mengangkat bahu sebelum menempatkan diri di sebelah Sakura. Sai berdiri di sisi lain Sasuke.
"Oke? Semua siap?" seru si juru foto bertubuh ceking di depan mereka.
"YOOOO...!" semua anak berseru serempak, merapatkan barisan.
Sakura, yang berdiri diapit Sasuke dan Naruto, menyelipkan anak rambutnya dengan gugup ke belakang telinga sembari mengedarkan pandangan. Gadis itu tersenyum ketika melihat ibunya berdiri tak jauh dari sana. Senyum bangga jelas terpancar dari wajahnya yang teduh. Wanita paruh baya itu melambai pada sang putri. Di sampingnya, ayah angkat Naruto yang berwajah ramah, Iruka Umino, mengacungkan ibu jari pada anak angkatnya sambil tersenyum lebar. Dan tidak jauh dari mereka, Tuan dan Nyonya Uchiha berdiri. Ibunda Sasuke yang cantik sedang menyeka air mata harunya sementara ayahnya yang berwajah angkuh meletakkan tangan di bahunya. Itachi yang berdiri di sebelah ayahnya menampakkan ekspresi bangga pada sang adik. Kakek Sai juga ada di sana. Senyum palsunya identik dengan senyum cucunya.
Bersama mereka, para guru. Kesemuanya tersenyum bangga menyaksikan kelulusan murid-murid mereka. Pak Guru Hatake, guru Aljabar yang suka telat tapi tegas, berdiri bersama Ibu Guru Yuuhi, guru Biologi yang cantik, dan Pak Guru Sarutobi, guru Sains yang killer. Juga Pak Guru Maito, guru olahraga yang penuh semangat. Pokoknya semua guru ada di sana.
Upacara kelulusan selalu menjadi acara yang mengharukan. Dimana semua anak yang sudah lulus berkumpul, bersama keluarga mereka, juga para guru. Menerima hasil kerja keras mereka selama tiga tahun di sekolah menengah. Sekaligus menikmati saat-saat terakhir mereka di tempat yang penuh kenangan ini. Biasanya hampir tidak ada seorangpun yang pulang dengan mata tetap kering sesudahnya. Sakura bisa melihat Hinata Hyuuga menyeka matanya yang basah dengan sapu tangan di ujung barisan. Mata Ino juga berkaca-kaca.
"Siap ya..."
Seruan sang juru foto membuyarkan lamunan Sakura. Ia mengerjap dan kaget sendiri ketika menyadari matanya basah. Gadis itu buru-buru menyeka mata dengan lengan toganya.
"Semua say cheese... Oke? Tiga... dua... satu..."
"CHEESE...!"
Jepret!
"Whooaaa..." serta merta suasana langsung hiruk pikuk ketika semua anak kompak melemparkan topi toga mereka ke atas dan berteriak penuh haru, saling berpelukan, saling menepuk bahu.
Sakura sendiri terjepit di antara Naruto, Sasuke dan Sai yang saling melingkarkan tangan, berpelukan erat berempat sekaligus. Wajahnya memerah, berurai air mata ketika ia membalas pelukan mereka.